Kamis, 23 Agustus 2012

Rumpa-rumpaan

Adakah yang pernah mendengar istilah rumpa-rumpaan? Mungkin sangat sedikit orang yang mengenal istilah ini. Karena rumpa-rumpaan merupakan tradisi yang dilakukan kaum tertentu, yaitu sekelompok Arab keturunan Rasulullah SAW yang tinggal di Palembang. Orang-orang Arab keturunan Rasulullah ini selanjutnya disebut Baalwy. Baalwy Palembang memiliki tradisi unik yang tidak terdapat di kota-kota lain.

Aku sendiri merupakan Baalwy Palembang yang tinggal di Jakarta, dan aku tidak pernah menjumpai tradisi itu di ibukota. Hmm.. Apa sih sebenarnya rumpa-rumpaan?

Rumpa-rumpaan adalah tradisi yang dilakukan sekelompok pria Baalwy Palembang setelah menunaikan ibadah sholat Iedul Fitri. Begitu keluar dari masjid atau rumah besar yang dijadikan tempat sholat, mereka lalu turun ke jalan mengunjungi setiap rumah yang dimiliki kelompok itu. Karena anggotanya cukup banyak, kegiatan ini biasanya berlangsung sampai 2 hari. Perharinya hanya berlangsung sampai jam makan siang, karena setelah itu para wanitalah yang akan pergi mengunjungi rumah sanak saudara.

Pada setiap rumah yang dikunjungi, mereka membaca sholawat untuk Rasulullah SAW (Allahumma sholliy 'ala nabiy). Kemudian mereka mendoakan sang empunya rumah beserta keluarganya. Terakhir mereka menyantap makanan dan minuman yang disajikan. Makanan minuman yang disajikan di tiap rumah berbeda-beda, berasal dari kuliner Palembang & Arab yang variatif. Setelah itu mereka turun dari rumah tersebut dan naik ke rumah berikutnya. Yah seperti yang telah kujelaskan pada tulisan sebelumnya, rumah-rumah di Palembang umumnya merupakan rumah panggung.

Mari kita membahas sedikit mengenai makanan dan minuman yang disajikan. Kuliner yang disajikan antara lain berbagai jenis pempek (di setiap rumah bisa saja berbeda: pempek telok, lenjer, adaan, dan lain-lain), tekwan, model gendum, model iwak, laksan, kue 8 jam, kue maksuba, kue kak ketan, kue bangkit, satu kacang, satu sagu, satu asem, lempok, bahkan nasi kebuli. Minumannya antara lain es kacang merah, kopi jahe dan es krim duren. Nah yang terakhir itu sajian khas dari rumah kakekku, Es krim duren buatan kakek sendiri ;-)

Sewaktu kecil (kira-kira umur 3-6 tahun) aku sering diajak abah rumpa-rumpaan. Mungkin abah ingin memperkenalkan tradisi itu. Hal yang menyenangkan untukku sih hanya menikmati kulinernya, hehe..

Setelah zhuhur, ketika para pria sudah kembali ke rumah, barulah para wanita mengunjungi rumah sanak saudara. Tidak sebanyak rumah yang dikunjungi para pria tentunya.

Tradisi rumpa-rumpaan ini sangat menarik, silaturahim terjalin sangat erat dan islami (pria dan wanita tidak bercampur, serta adanya doa-doa yang diucapkan). Para Baalwy Palembang masih menjaga tradisi ini hingga kini dan dibahas di koran Sumatra Express dengan sebutan Sanjo (mengunjungi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar