Selasa, 30 Oktober 2012

about my stars..

Berhubung semalam saling reply dengan bintang ketiga, jadi teringat para bintang deh.. Apa kabarnya mereka? Teringat mereka bukan berarti jadi galau lagi lho.. hehe.. Semoga tulisan ini tidak menjadi tulisan galau, dinilai galau, atau membuat orang menjadi galau :-)

Bintang adalah sebutan untuk laean jenis yang aku kagumi, sukai, bahkan pernah aku cintai, namun.tidak dapat aku raih. Yah seperti bintang, mereka memang hanya dapat aku lihat dari jauh, aku kagumi sinarnya, aku tau bahwa mereka ada (walau terkadang tak nampak), dan tanganku tak dapat menggapainya. Mereka juga benar-benar seorang bintang, at least untuk kota metropolitan ini. Mereka cukup dikenal publik, dan banyak dikagumi gadis-gadis lainnya.

Sejauh ini, ada 3 bintang yang hadir dalam hidupku. Aku menyebutnya Bintang I, II, dan III, berdasarkan waktu perjumpaan mereka denganku. Bintang I bertemu denganku pada tahun 2002. Yupz, dia cinta pertamaku, walau tak pernah menjadi kekasih, tapi aku menyukainya sampai 5 tahun kemudian (sampai bertemu bintang II). Bintang II merupakan cinta tak termiliki, ia juga mencintaiku, sayangnya karena adat dan tradisiku, kami tidak dapat menikah, dan kini dia sudah menikah dengan yang lain. Bintang III adalah Bintang yang paling bersinar dan paling tidak.mungkin aku raih, sehingga aku takut jatuh cinta padanya. Sampai sekarang aku hanya mampu mengaguminya :-)

Nah, para bintang ini memiliki persamaan, dan ada di antara mereka yang saling kenal. Persamaan mereka adalah merek pernah mengikuti suatu ajang pemilihan dan berhasil pada ajang tersebut. Bintang III merupakan yang paling berhasil, karena dia.pemenang tingkat propinsi, Bintang II pemenang kedua tingkat kotamadya, Bintang I hanya finalis. Berdasarkan hal itu, menurutku Bintang III lah yang paling bersinar (dan paling tampan *_* ). Bintang II dan III memang saling mengenal satu sama lain dikarenakan pernah mengikuti kegiatan yang sama dan berprofesi sama. Bintang I dan II harusnya saling mengenal (walaupun setahuku mereka belum saling mengenal), karena alumni SMA yang sama dan tinggal di Kelurahan yang sama.

Berdasarkan urutan letak geografis, Bintang III saat ini paling jauh dariku, karena berada di belahan dunia yang lain. Bintang II berada di lain pulau, dan Bintang I berada di pulau yang sama, namun di ujung yang berbeda. Berdasarkan hubungan denganku, Bintang II merupakan yang paling dekat dan paling berarti untukku. Bintang III masih dapat diajak berkomunikasi, Bintang I walaupun merupakan teman SMA-ku tapi paling jauh "jaraknya". Berdasarkan fisik, Bintang I paling tinggi, namun Bintang III yang paling tampan, Bintang II paling berkharisma.

Aku bertemu bintang III saat dia pertama kali menjadi bintang, dan aku tahu bahwa dialah bintang pada saat itu. Walaupun aku sedang mengantarkan Bintang II yang saat itu masih menjadi lilin. Cahaya Bintang III terlalu memukau, banyak yang terpesona (termasuk aku). Namun cahaya itu membuatku tak berani menatap terlalu lama. Ada masanya ketika bintang III dapat duduk berdampingan denganku, sehingga kami dapat berkenalan dan saling berkomunikasi. Namun aku tak berani lebih berharap, lagipula saat itu hatiku masih tertuju pada bintang II. Yupz.. Aku mengantarkan Bintang II mulai dari cahaya lilin sampai menjadi bintang. Aku tau bahwa itu takdirnya. Begitu juga dengan bintang I, aku sempat mendorongnya untuk menjadi bintang, karena dia berbakat. Setelah mereka benar- benar menjadi bintang (tidak hanya di mataku), memang jarak seperti.bertambah. Namun aku tidak menyesal, aku malah bersyukur mengenal mereka. Yah.. mereka memang pantas menjadi bintang dan akan selalu menjadi bintang untukku. Akupun tidak ingin mencari bintang IV, cukuplah 3 bintang saja :-)

Rabu, 24 Oktober 2012

Dari Pasien untuk Dokter

Bermula dari pembicaraan di Whatsapp Group bersama beberapa orang teman, timbullah niat untuk membuat tulisan ini. Alhamdulillah kebetulan bertepatan dengan Hari Dokter Indonesia. Selamat Hari Dokter ya untuk semua pembaca yang dokter. Semoga tetap diteguhkan semangat dan niat untuk beramal bakti terhadap nusantara tercinta, Aamiin.

Seperti yang telah saya sebutkan, bahwa tulisan ini bermula dari percakapan di dunia maya bersama beberapa teman. Hasil dari pembicaraan tersebut adalah bahwa kami memiliki persamaan malas mengunjungi dokter ketika sakit. Saya pribadi mengalami hal tersebut karena menurut saya, ketika saya berobat, saya diperlakukan sebagai robot yang mengalami kerusakan onderdil. Yaah.. saya merasa diperlakukan sebagai objek yang lemah dan derajatnya di bawah dokter tersebut.
Sebagian dokter memang terkesan arogan dan merasa paling hebat dibandingkan profesi lainnya. Yah ada alasannya sih, masuk FK kan yang paling susah dan perlu modal besar sampai selesai kuliahnya. Sehingga begitu sudah berprofesi menjadi dokter, mereka memiliki kecendrungan menjadi angkuh. Hal lainnya yang membuat mereka angkuh adalah karena mereka merasa dibutuhkan (ini menurut pendapatku lho).

Hal lainnya yang membuat malas ke dokter adalah karena rumor bahwa dokter hanya mencari uang, padahal pasiennya belum tentu perlu menemuinya. Contohnya oknum dokter kandungan yang menyuruh pasiennya datang 2 minggu sekali, padahal periksa.kandungan tidak harus sesering itu. Belum lagi oknum-oknum yang memberikan resep yang harusnya tidak diberikan. Karena tindakan oknum-oknum yang sangat kecil persentasenya tersebut, sebagian

besar pasien jadi malas berobat ke dokter, bahkan percaya kepada dfdokter. Saya pribadi lebih suka berkonsultasi dengan teman yang dokter jika mengalami masalah kesehatan.

Informasi mengenai medis sudah cukup mudah didapat dari dunia maya, bisa saja pasiennya dapat informasi yang lebih dibandingkan dokternya. Murid saja sekarang bisa terkesan lebih pintar dari gurunya, karena informasi yang ia dapat lebih dari gurunya.

Jadi, saran kami, sebaiknya dokter tidak pelit membagikan informasi.pada pasiennya. Jika menyarankan sesuatu kepada pasien (obat atau menyuruh datang lagi) sebaiknya diberikan informasi tentang hal tersebut. Sehingga pasien merasa diperlakukan sejajar (tidak sebagai.objek) dan mempercayai dokternya (tidak perlu mencari second opinion). Semoga saran tersebut bermanfaat. :-)

Jumat, 05 Oktober 2012

Senin, 01 Oktober 2012

Kinokuniya Takashimaya, Surga Buku di Singapore

Saya memang hanya menjelajahi 3 toko buku di Singapore: Kinokuniya Takashimaya Orchard Street, MPH Raffless City, dan Times Changi Airport. Namun Kinokuniya merupakan toko buku terbesar dan terlengkap dari ketiga toko buku itu. Tidak seperti di Jakarta yang hampir semua mall-nya memiliki toko buku, mall di Singapore jarang yang memiliki toko buku. Sebelum ke Singapore, saya membayangkan bahwa Singapore memiliki banyak toko buku yang super lengkap, karena terkenalnya Singapore sebagai sumber belanja buku internasional.

Saya pun men-search toko buku Singapore di Google, dan dapatlah Kinokuniya Takashimaya, MPH Raffles City, dan toko buku di sekitar NTU. Ada teman yang memberi tahu bahwa ada toko buku di sekitar Orchard, namun ia tidak mengingat dengan jelas letak dan nama toko buku itu sehingga saya tidak dapat mengunjunginya. Toko buku di sekitar NTU pun tidak sempat saya kunjungi :-(

Waktu perjalanan saya di Singapore memang terbilang singkat dengan banyak tempat yang harus dikunjungi. Hal ini membuat saya harus mencuri-curi waktu untuk mengunjungi toko buku, berjalan sendirian menyusuri Orchard (sementara teman-teman memburu tas, sepatu, dan oleh-oleh), bahkan sepertinya membuat BT teman-teman ketika saya memaksa untuk mencari MPH ketika mengunjungi Raffless City, maaf ya teman.. :-)

Saya diberi waktu 1,5 jam untuk menelusuri Kinokuniya Takashimaya, Orchard Street. Agak takut sih awalnya dilepas sendirian di negri orang, tapi kecintaan terhadap buku mengalahkan rasa takut itu ;-) Begitu sampai di Kinokuniya, mataku langsung tertuju ke Poster peluncuran buku baru JK Rowling: The Casual Vacancy dan diskon buku-buku beliau yang akan diadakan tanggal 27 September 2012 (sayangnya saya sudah pulang sebelum tanggal itu, hiks). Semua buku karya JK Rowling lengkap!





Beda sekali dengan toko buku di Indonesia yang sudah sangat jarang menjual karya beliau (paling hanya Harry Potter 7). Senangnya mendapatkan buku yang sudah lama dicari-cari! :-)



Selain karya JK Rowling yang masih lengkap, banyak karya penulis favouritku lainnya yang masih lengkap. Oh ya, karya mereka diterbitkan oleh berbagai penerbit sehingga harga pun bervariasi, tidak seperti di sini yang di-monopoli.penerbit besar. Ah sayang, kalau di Indonesia buku hanya diterbitkan pada masa buku itu sedang "trend", selanjutnya buku-buku itu ditarik dari peredarannya. Padahal pasti masih banyak peminat yang seperti aku, harus mengumpulkan buku satu persatu dalam waktu yang lama karena keterbatasan dana. :-(

Berikut karya para penulis favouritku:

All about JRR Tolkien




All about Dan Brown


All about Agatha Christie


All about Sir Arthur Conan Doyle


All about Enyd Blyton (ini dari MPH, belum sempet nyari di Kinokuniya-nya, pasti lebih lengkap di Kinokuniya deh)


Saya juga tidak lupa mencari buku-buku psikologi pendukung thesis, memang inilah tujuan utamaku ke sana. Inilah satu-satunya buku psikologi yang kubeli:


All about Psychology










Buat Thesis Rama nih:


All about Marriage (my thesis):








Ada yang tentang poligami lho!


Dan yang menarik adalah buku puisi bergambar berikut:






Sekian laporan dari Kinokuniya Singapore.. Nantikan artikel lainbya tentang perjalananku di Singapore :-)

NB: Harus meninggalkan kantin kampus segera, karena sudah ada dosen yang juga putra dosen pembimbingku di hadapanku.. Huaaa.. keinget Mommynya dan thesis deh.. #kabuuur