Rabu, 24 Oktober 2012

Dari Pasien untuk Dokter

Bermula dari pembicaraan di Whatsapp Group bersama beberapa orang teman, timbullah niat untuk membuat tulisan ini. Alhamdulillah kebetulan bertepatan dengan Hari Dokter Indonesia. Selamat Hari Dokter ya untuk semua pembaca yang dokter. Semoga tetap diteguhkan semangat dan niat untuk beramal bakti terhadap nusantara tercinta, Aamiin.

Seperti yang telah saya sebutkan, bahwa tulisan ini bermula dari percakapan di dunia maya bersama beberapa teman. Hasil dari pembicaraan tersebut adalah bahwa kami memiliki persamaan malas mengunjungi dokter ketika sakit. Saya pribadi mengalami hal tersebut karena menurut saya, ketika saya berobat, saya diperlakukan sebagai robot yang mengalami kerusakan onderdil. Yaah.. saya merasa diperlakukan sebagai objek yang lemah dan derajatnya di bawah dokter tersebut.
Sebagian dokter memang terkesan arogan dan merasa paling hebat dibandingkan profesi lainnya. Yah ada alasannya sih, masuk FK kan yang paling susah dan perlu modal besar sampai selesai kuliahnya. Sehingga begitu sudah berprofesi menjadi dokter, mereka memiliki kecendrungan menjadi angkuh. Hal lainnya yang membuat mereka angkuh adalah karena mereka merasa dibutuhkan (ini menurut pendapatku lho).

Hal lainnya yang membuat malas ke dokter adalah karena rumor bahwa dokter hanya mencari uang, padahal pasiennya belum tentu perlu menemuinya. Contohnya oknum dokter kandungan yang menyuruh pasiennya datang 2 minggu sekali, padahal periksa.kandungan tidak harus sesering itu. Belum lagi oknum-oknum yang memberikan resep yang harusnya tidak diberikan. Karena tindakan oknum-oknum yang sangat kecil persentasenya tersebut, sebagian

besar pasien jadi malas berobat ke dokter, bahkan percaya kepada dfdokter. Saya pribadi lebih suka berkonsultasi dengan teman yang dokter jika mengalami masalah kesehatan.

Informasi mengenai medis sudah cukup mudah didapat dari dunia maya, bisa saja pasiennya dapat informasi yang lebih dibandingkan dokternya. Murid saja sekarang bisa terkesan lebih pintar dari gurunya, karena informasi yang ia dapat lebih dari gurunya.

Jadi, saran kami, sebaiknya dokter tidak pelit membagikan informasi.pada pasiennya. Jika menyarankan sesuatu kepada pasien (obat atau menyuruh datang lagi) sebaiknya diberikan informasi tentang hal tersebut. Sehingga pasien merasa diperlakukan sejajar (tidak sebagai.objek) dan mempercayai dokternya (tidak perlu mencari second opinion). Semoga saran tersebut bermanfaat. :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar